Rabu, 26 Maret 2008

Konsumen Online Kian Cerdas

Pola belanja konsumen online berubah dalam setahun terakhir. Kini, saat mereka mengunjungi toko-toko online, mereka memeriksa lebih banyak produk, tapi menghabiskan waktu cuci mata lebih singkat pada tiap halaman. Konsumen online kini lebih cepat bergerak di web. Mereka makin terdidik dan makin canggih dalam setahun terakhir, dan pola belanjanya juga berubah. Puluhan tahun lalu ada slogan yang mengatakan "konsumen yang terdidik adalah konsumen terbaik kita". Laporan penelitian akhir September lalu dari DoubleClick membuktikan hal itu sangat relevan untuk konsumen online.

DoubleClick adalah lembaga pemasaran digital dan teknologi iklan internet. Studi mereka, "E-Commerce Site Trend Report" untuk kwartal II 2004 menganalisa hasil yang didapat dari proyek SiteAdvance Web-analytics yang meneliti lebih dari US$ 1 milyar penjualan online dan lebih dari 24 juta keranjang belanja (artinya sama dengan jumlah konsumen). Hasilnya menunjukkan, fasilitas lacak di situs-situs retail meningkat. Barang yang terjual dari hasil lacak itu juga meningkat. Kathryn Koegel, direktur riset dan pengembangan industri di DoubleClick mengatakan bahwa perubahan itu "menunjukkan konsumen makin pintar."

Tapi laporan itu juga memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, kurang dari 10 persen pengunjung situs yang menambahkan barang ke keranjang belanja mereka, dan bahkan 42 persen dari mereka tidak sampai ke kasir. Lalu dari konsumen yang terus bergerak sampai kasir, hanya 58 persen yang benar-benar mengklik tombol transaksi pembelian.
Saat laporan per kwartal ini dibandingkan dengan hasil setahun lalu, ada perubahan positif dan negatif yang terjadi. Bagusnya, keuntungan rata-rata tiap kunjungan meningkat 25 persen dan keseluruhan penjualan naik 14 persen. Tapi ada kabar kurang bagusnya, persentase penjualan yang dihasilkan dari produk-produk yang sebelumnya sudah dimasukkan konsumen ke keranjang belanja mereka turun 26 persen. Keranjang belanja atau shopping cart dalam dunia e-shopping berfungsi seperti daftar belanja tiap konsumen dan bisa tersimpan untuk dilihat kembali oleh konsumen tanpa harus membelinya langsung. Dari studi ini juga terlihat bahwa fungsi lacak makin sering dipakai, walau keranjang belanja sering ditinggalkan.

"Konsumen cuci mata dari toko online satu ke toko berikutnya dan membandingkan produk," ujar Patti Freeman Evans, analis retail di Jupiter Research, seperti dikutip DestinationCRM.com. Walau sudah tersedia situs-situs yang membandingkan produk seperti MySimon.com, "Banyak konsumen tidak menggunakannya."
Evans juga mengingatkan, hasil paling mengejutkan dari studi ini adalah, walau ada kenaikan, hanya 19 persen pengunjung yang menggunakan fungsi lacak dalam situs web. Padahal, transaksi pembelian yang terjadi sebagai hasil dari mesin lacak melonjak 47 persen. Dari kenyataan ini, Evans menyarankan para retailer untuk memperbaiki fasilitas lacak mereka agar makin banyak konsumen yang menggunakannya. Katanya, "Retailer perlu melihat fasilitas lacak sebagai alat penjualan proaktif." Dari kata kunci yang dimasukkan, retailer bisa mendapat informasi apa yang dicari konsumen." Masukan itu tentu membantu retailer menyusun strategi penjualan.
Konsumen online yang makin pintar memang mempunyai pola perilaku yang makin efisien. Tapi hal ini tidak sendirinya menjadi keuntungan bagi para pemilik toko online. Ada pekerjaan rumah yang perlu mereka lakukan. Untuk menaikkan penjualan yang terbukti banyak dihasilkan dari hasil lacak, mereka perlu membuat situs mereka, dan mesin lacaknya, ramah pengunjung.


Jumat, 22 Oktober 2004
Oleh : Kili
URL : http://www.swa.co.id/primer/swadigital/ebusiness/details.php?cid=1&id=1265, 22juni 2007

Tidak ada komentar: